Jumat, 08 Januari 2021

ARTIKEL TENTANG HUTAN PAPUA YANG TELAH HILANG PULUHAN HEKTAR

Tanah Papua kaya akan hasil bumi, tanah, hutan, tambang mineral dan berbagai keanekaragaman hayati endemic yang terkandung didalamnya. Perusahaan negara dan swasta dalam negeri maupun modal asing rebutan menuju ke daerah ini hingga ke pelosok pedalaman mencari dan mengusahakan lahan usaha baru dalam skala yang luas.
Di Provinsi Papua Barat, provinsi baru yang dimekarkan dari induknya provinsi Papua pada tahun 2003, diketahui memiliki luas wilayah sebesar 143.185,11 Km2 dan sebagian besar diantaranya merupakan kawasan hutan dengan luas 9.769.686,81 hektar. Saat ini di seluruh wilayah Papua Barat, sudah ada 29 perusahaan swasta yang mengantongi ijin usaha pembalakan kayu dan menguasai kawasan hutan seluas 4.654.211,97 hektar. Ada 12 perusahaan yang mengantongi ijin perkebunan dengan luas areal sekitar 300.000 hektar, diantaranya ada 6 perusahaan yang aktif mengusahakan lahan perkebunan seluas 72.127 hektar.
Tidak kalah hebatnya dengan perusahaan pembalakan kayu dalam penguasaan lahan, ada 16 perusahaan pertambangan yang mendapatkan ijin pemerintah untuk mengekstraksi kekayaan mineral dan batu bara seluas 2.701.283,30 hektar dan ada 13 perusahaan tambang minyak dan gas yang menguasai lahan seluas 7.164.417 hektar. Total luas areal kuasa pertambangan sebesar 9.865.700,30 hektar, lebih besar dari luas kawasan hutan 9.769.687 hektar.
Informasi data di atas ini menunjukkan hampir seluruh wilayah Papua Barat dari puncak gunung hingga ke daerah perairan bahkan isi bumi telah dikepung dan diserahkan kepada 60 investor yang menguasai areal seluas 14.819.911 hektar, padahal di dalam dan sekitar hutan di daerah ini terdapat 1.173 kampung yang kebanyakan didiami oleh Orang Papua yang berjumlah 760.855 jiwa (SP 2010). Merekalah yang paling menerima dampak dari ketidak adilan dan ketidak beraturan kebijakan dan proyek-proyek pembangunan.
Situasi ini terjadi oleh karena buruknya kebijakan pengaturan dan pengelolaan asset alam. Kepentingan investor sangat menentukan dan mempengaruhi keputusan dan kebijakan pemerintah pusat maupun daerah. Prinsip-prinsip keadilan social, keberlanjutan produksi dan kelestarian ekologi tidak dipertimbangkan. Kondisi fisiologi kawasan hutan di Papua Barat lebih dari 60 persen berada di kelerengan yang curam 26 – 60 %, artinya tempat-tempat tersebut sangat rentan mengalami longsor jika dikelola dan menjadi daerah yang terbuka. Kawasan hutan tersebut semestinya dilindungi, tetapi kenyataannya daerah tersebut diberikan kepada perusahaan dan penguasah untuk merusak alam alam papua.
Mekanisme hukum ini diciptakan untuk kepentingan investor dan supaya dianggap ‘normal’ cara merampas ‘mengalihkan’ hak-hak rakyat atas tanah orang asli Papua, selain cara-cara paksa, intimidasi dan kekerasan. Tanah dan hutan maupun kawasan perairan yang dikuasai berdasarkan hukum adat setempat beralih kepada kuasa pemilik modal. Demikian pula, secara horizontal, pelucutan hak-hak masyarakat dilakukan dengan cara membuat surat perjanjian dan kesepakatan untuk menyerahkan hak atas tanah kepada investor dan masyarakat diberikan kompensasi dan janji-janji pembangunan. Hal ini terjadi dengan melibatkan persekongkolan elite kelembagaan adat setempat yang mengatasnamakan masyarakat bersama ‘broker’ perusahaan mengorganisir tanda tangan dan mengongkosi pertemuan dengan perusahaan.
Kenyataan ini membuat harapan orang asli Papua agar adanya affirmative kebijakan untuk pengakuan, perlindungan dan penghormatan terhadap hak-hak dasar orang asli Papua masih jauh dari prioritas pemerintah dan pengusaha. Mekanisme hukum dan ketidak pastian perlidungan dan pengakuan hukum ini juga menjadi cara pemerintah mengabaikan ‘tidak mengakui’ hak-hak masyarakat dan sekaligus cara menghadapi tuntutan-tuntutan masyarakat yang mengancam kepentingan penguasa yang korup.
Dampak penting lainnya adalah kerentanan tanah bukit-bukit di Papua oleh karena pembukaan hutan, deforestasi dan anomaly cuaca, yang  sering dapat menimbulkan bencana ekologi, banjir bandang dan tanah longsor, yang menjadi ancaman dan merusak kehidupan social ekonomi masyarakat.
HUTAN DI LINDUNGGI
Jikalah engkau  tidak melindunggi hutan, maka engkau akan menyesal di kemudian hari. aku sangat sedih melihat hutan ku yang sudah di gusur habis, kehijauan pohon pohonpu telah di tebang habis dan berbagai keanekaragaman hayati endemic yang terkandung didalamnya pun hilang. bisikan burung cenderawasihpun akan hilang suaranya saat sore hari.
begitupun hatiku sendih melihat hal ini,untuk itu  jangan menjual tanah kami papua yang penuh dengan  sumber daya alamnya yang sangat indah. tanah adalah ibu ketika di gusur habis iapun akan menagis, dan dia akan mengatakan bahwa aku di gusur, lalu kemanakah anak anak ini akan tinggal.
pepata mengatakan...! "menanam satu pohon menyelamatkan ribuan makhluk hidup dan manusianya"


pace papua
https://papuaj96.blogspot.com

selamatkan hutan papua demi anak cucu kita dan generasi yang akan datang
januari-08/2021



Selasa, 11 Agustus 2020

Hari jadinnya bangsa papua di hina

Pada Tangal 16 sampai

Tangal 17 AGUSTUS HARI

LAHIRNYA PENGHINAAN

RASIS.

KEPADA ORANG PAPUA


Ingat, tanggal 16 Agustus

adalah hari rasis Papua. 


 Siapapun orang Papua

yang identik dengan

monyet bila ikut merayakan

kemerdekaan Indonesia

pada tanggal 17 Agustus,

di dicap sebagai penghina

ras.


Karena hari penghinaan

rasmu tanggal 16 Agustus,

jadi anda sebagai monyet

tidak layak merayakan hari

HUT Indonesia 17 Agustus.


Bila Anda ikut

merayakannya maka anda

adalah monyet peliharaan

Indonesia di sangkar

Indonesia, yang sedang

menikmati pisang

Indonesia pada 17 Agustus

itu.


Untukmu para pejabat

monyet Papua 

SALAM SADAR.


Usul konkrit:

1. Seandainya saya

seorang pelajar yang

bagian dari monyet, saya

tidak akan mengikuti

upacara 17 Agustus.


2. Jika saya seorang

mahasiswa yang bagian

dari monyet, saya akan

memperingati hari rasis

Papua pada tanggal 16

Agustus.


3. Jika saya orang Papua

yang bagian dari monyet,

saya akan merayakan

dengan berbagai atribut

monyet sambil melakukan

kegiatan sehari-hari, pada

tanggal 16 Agustus.


4.jika saya seorang pejabat

gubernur dan Bupati

setanah Papua, dari Sorong

sampai Merauke yang

bagian dari monyet, saya

akan memakai lambang

monyet pada saat hari

ulang tahunnya Indonesia.


Salam monyet


Tolong sebarkan sebagai

informasi.

Selasa, 21 Juli 2020

KRITISISME PRAKTER DISKRIMINASI RASIAL DI FAKULTAS KEDOKTERAN UNCEN.

1. PENGANTAR
Tulisan ini dapat dianggap sebagai catatan kritis In Corona Attack dalam 5 bulan ini. Bagi yang mau menanggapi boleh, asalkan dengan tanggapan yang konstruktif dan tidak berlebihan. Jika ada yang tidak berkenan bisa diabaikan. Anggap saja fiksi.  Sebab dalam alam demokrasi saat ini kebebasan berpendapat tidak dilarang. Jika ada yang keberatan dan ingin menyanggah juga boleh. Tetapi dengan data, bukan asal crot. Anggaplah ini suatu autokritik untuk kita yang bekerja untuk kemanusiaan karena sumpah hipokrates yang mengikat. Meski pada kenyataannya sumpah itu hanya menguap menjadi pelengkap formalitas yang tidak bermakna apa-apa. Karena alkitab/injil saja bisa dilanggar, apa lagi hanya sekedar sumpah?
*
Kata siapa suatu lembaga pendidikan tinggi itu bebas dan bersih dari ujaran, pikiran dan tindakan berbau diskriminasi rasial (Racial Discrimination). Meski praktek diskriminasi rasialis itu telah dilarang sejak setengah abad lalu oleh PBB dan diratifikasi oleh Pemerintah Indonesia pada beberapa tahun kemudian dengan UU SARA, namun dalam prakteknya masih terus terjadi secara samar-samar dengan wujudnya yang dikelola dan dikendalikan sede-mikian rapi dan tak terasa. Siapa pelakunya? Pelakunya adalah para pengendali sistem yang dominan hanya dikuasai dan dijalankan oleh satu-dua suku bangsa. Lihat saja  di sekeliling anda. Misalnya di tempat di mana anda bekerja; di kantor, di Kampus, di Gereja, di Mall, di perusahaan atau dimana pun. Berapa jumlah (rasio) suku-suku bangsa yang bekerja di dalamnya. Bandingkan, apakah jumlah suatu suku dengan suku lainnya terpaut jauh atau berimbang. Jika jumlahnya terpaut jauh dan itu berlangsung terus menerus sejak lama. Maka ada permainan dan pengaturan yang menjajah berdasar unsur rasialisme bahkan agama.
Di Papua hal semacam itu sudah terjadi sejak dahulu bahkan di zaman OTSUS ini, sangat jelas terlihat. Maka tidak salah jika UU OTSUS sejak 2010 sudah disahkan oleh MRP dan rakyat Papua bahwa: ”Otsus Gatot” (Gagal Total). Mungkin para pengendali dan penguasa sistem itu tidak menyadarinya.  Lalu, apa sebenarnya praktek rasial yang bisa kita lihat dalam konteks FK Uncen? Sebenarnya sangat banyak, dan terjadi secara jelas dimana-mana. Hal ini juga terjadi di berbagai lembaga pendidikan tinggi lainnya di Papua. Apalagi di Kampus Uncen. Mungkin di Fakultas lain selain FK Uncen ini, masih terlihat dapat memprioritaskan anak-anak Papua dalam perekrutan dan meluluskan mahasiswa setiap tahunnya. Namun di FK Uncen sepertinya hal itu luput dengan alasan yang selalu sama (untuk 5 tahun terakhir ini). Nah, apa saja praktek diskriminasi rasialis tersebut. Mari kita coba uraikan satu persatu untuk dua contoh berikut.

2. KETIDAKADILAN PENERIMAAN MAHASISWA
Meski sudah berulang kali kami suarakan bahwa kehadiran FK Uncen di Papua itu demi menyiapkan SDM Kesehatan khususnya tenaga dokter asli Papua, sehingga kelak dapat melayani di kampungnya: di pedalaman, pegunungan, pesisir dan lembah sana terhadap orang-orangnya sendiri, hal itu selalu diabaikan. Bagai angin lalu. Seolah Epen deng kam pu OTSUS ! Para pengendali sistem yang berasal dari suku Melayu Indonesia, selalu berupaya agar upaya-upaya keberpihakan dan pemberdayaan serta proteksi yang merupakan roh utama amanat UU OTSUS 2001 itu tidak terwujud di FK Uncen. Mereka lebih berdalih bahwa FK Uncen ini merupakan lembaga vertikal bukan otonom.  Sikap defensif yang persis dengan pemerintah pusat dalam aspek politik, hukum dan HAM. Padahal aspek pendidikan dan Kesehatan adalah konsen utama mereka.
Hal itu terlihat lewat, sejak dahulu hingga kini penerimaan mahasiswa di FK Uncen selalu didominasi oleh kaum pendatang. Padahal di daerah mereka, orang Papua tidak ada bahkan tidak pernah mendominasi penerimaan apapun. Hanya sebaliknya, mereka semua lebih mendominasi di Papua. Seolah mereka berlomba-lomba merebut kesempatan dan peluang milik orang Papua yang tersedia di tanahnya sendiri.  Padahal nyatanya, orang Papua tidak pernah pergi dan monopoli di Jawa, Sulawesi, Kalimantan, Maluku bahkan Sumatera dst. Tetapi ini yang terjadi justeru terbalik. Apakah ini karena watak dan sifat kerakusan dan keserakahan atau ini adalah dominasi dan proses peminggiran sistematis (baca:marjinalisasi) yang merupakan bentuk diskriminasi rasialisme abad ini? Jelas jawabannya tidak lain daripada itu semua: berkisar di antara itu. Bahkan bisa juga disebut sebagai praktek penjajahan gaya baru (baca:neokolonialisme). Sebab bangsa pribumi dibuat tak berdaya dan segala sendi kehidupannya dikuasai dan dikendalikan oleh bangsa pendatang atau imigran (bisa baca dan bandingkan: definisi dan praktek-praktek penjajahan/kolonialisme gaya baru).
Dalam beradu argumen, para pendatang yang dominan selalu sambil lalu mengedepankan Dekan atau PD 3 yang memang dipasang hanya sebagai cashing atau bamper seolah menunjukkan kalau upaya affirmasi itu benar-benar sudah diterapkan (dalam konteks pemimpin). Padahal, nyatanya sepenuhnya sistem yang ada dikendalikan oleh mereka dengan seluruh perangkat sistem kesukuan-rasialis yang terkoneksi ke basis sistem kekuasaan di pusat. Para pemimpin yang selalu menjadi palayan kaum dominan, tidak bisa banyak berkilah. Selain mengucapkan bahasa-bahasa titipan yang lebih memperlihatkan ketiadaan wibawa dan jati dirinya, mereka selalu berupaya menyampaikan banyak retorika kosong tak substantif. Dan lagi memalukan dan membosankan.
Dalam banyak kasus, para pimpinan kampus entah rektor, dekan, dan pembantu-pembantunya seringkali lebih gampang menyampaikan bahwa orang Papua itu harus ikuti sistem dan berjuang supaya bersaing dengan teman-teman non Papua (semudah beronani). Seolah mereka sendiri  sedang mengalami amnesia retrograt bahwa gelar, pangkat, spesialis dan kedudukan mereka, juga diperoleh di kampus asal almamater mereka karena melalui suatu sistem affirmasi khusus bagi orang Papua. Kami berikan apresiasi untuk beberapa dosen di FK Uncen yang bisa jujur mengakui hal ini, bahwa mereka juga selesai dan mendapat gelar spesialis karena adanya affirmasi dan kebijakan khusus bagi orang Papua di Jawa dan wilayah lainnya demi peningkatan kualitas pelayanan kesehatan dan penyiapan dan perbanyakan SDM Kesehatan (dokter Umum dan Spesialis) di tanah Papua. Dan oleh karenanya mereka mendorong mahasiswa-mahasiswa (seperti penulis) untuk bersuara supaya ada kebijakan afirmatif juga di FK Uncen bagi orang asli Papua. (Ingat, di luar saja bisa lakukan afirmasi untuk orang Papua, tapi kenapa di FK Uncen yang ada di tanah Papua ini tidak bisa?).
Lantas jika sudah demikian, mengapa di FK Uncen hari ini harus ada yang anti penerimaan secara afirmatif? Apakah karena ada permainan atau ada konspirasi? Kalau tidak, mengapa tidak bisa membuka kebijakan afirmatif? Lagipula jumlah tenaga dokter di Papua sudah sejak moyang masih tetap sangat minim. Ingat, spesialis Paru (Sp.P) saja hanya 7 di Papua sejak tahun 1963 (Apa itu kebanggan menjadi NKRI?). Di beberapa kabupaten banyak Puskesmas tidak ada dokter dan rasio dokter penduduk di Papua itu sudah sejak lama masih jauh dari ideal (Apa itu suatu prestasi bersama NKRI?). Apakah hal ini biasa dipikirkan? Atau kita hanya sibuk dengan pekerjaan rutinan dan praktek yang entah sampai kapan berupaya membuta dan lebih memilih menumpuk kekayaan sampai ajal menjemput? Akumulasi dari semua itu, maka tidak salah jika orang Papua sejak dulu merasa bahwa mereka itu dijajah oleh bangsa dan penguasa Indonesia yang rasialis dan kolonialistik.

3. KETIDAKADILAN MENILAI MAHASISWA PAPUA
Adalah sesuatu yang lumrah jika seorang mahasiswa itu tidak diluluskan karena faktor minimnya pengetahuan, kedisiplinan dan bahkan mungkin keterampilan. Namun apa mau dikata, jika seseorang itu tidak diluluskan hanya karena asumsi bias “dia anak Papua, pasti kelakuan jelak dan bodoh” apalagi macam penulis yang orang gunung. Tanpa banyak berpikir dan bertanya akan cenderung dicap merah. Maksudnya merah apa? Silahkan pikirkan sendiri. Adalah hal lumrah dan bahkan telah menjadi semacam praktek yang disengaja. Terlepas dari kesalahan mereka yang barangkali penulis kurang tahu. Jika ada yang iseng melakukan sebuah kajian/pengamatan terkait mengapa banyak anak-anak asli Papua di FK Uncen terutama anak-anak asli Papua dari gunung banyak yang tidak lulus dan tidak bisa selesai jadi dokter, kita bisa mendapatkan fakta memprihatinkan. Terdapat beberapa mahasiswa yang sejak lama, ada yang sudah sampai 15 tahun sekolah tetapi belum juga selesai-selesai, entah karena apa. Tidak jelas. Hal-hal yang tampaknya sepeleh, tetapi seolah menjadi  masalah yang sangat kompleks bagi mahasiswa Papua.
Seorang dokter muda asal Papua yang sudah sekitar 10 tahun menjalani praktek di KOASS dengan menghabiskan hampir setengah masa muda hidupnya di KOASS menceritakan kepada penulis. Bahwa masalah dirinya sebenarnya tidak seberapa parah. Hanya karena dirinya sempat keluar dari suatu stase, lalu oleh dosen-dosennya yang adalah dokter tidak mau meluluskan dirinya sesudah itu. Berulang kali dia masuk di bagian yang sama tetapi tidak pernah selesai-selesai. Oleh mereka, dia sering dicoret dan dikeluarkan hanya karena alasan-alasan yang sebenarnya sangat sederhana bahkan terkesan mengada-ada untuk mempersulit dst. Selain itu, adapula yang tidak selesai karena beberapa dosen yang bertugas mendidik sambil bekerja, lebih sibuk bekerja melayani pasien daripada mendidik mahasiswa. Hal tersebut mengakibatkan banyak mahasiswa yang harus antre menunggu untuk selesai di bagian tersebut. Hal itu juga berdampak pada waktu dan target selesai mereka yang makin panjang. Lebih disayangkan biaya yang keluar tidak bisa dihitung karena makin besar. Dan lebih banyak mahasiswa Papua dikenakan sanksi yang sebenarnya tidak perlu misalnya dari aspek disiplin waktu, miskomunikasi dan hal-hal lain yang tidak terlalu mendasar. Akhirnya semua itu selalu mengakibatkan banyak mahasiswa Papua yang selesai setiap tahun sangat sedikit. Sedangkan para pendatang selalu pasti dominan setiap tahun.
Apalagi dalam konteks anak gunung. Lihat saja selama 4 atau 5 tahun pelantikan dokter, dalam masa dekan yang sekarang, mungkin paling banyak hanya 5 orang yang sudah dilantik menjadi dokter. Artinya angka kelulusannya: 1 orang dokter asal gunung setiap tahun. Mengapa demikian? Alasannya tidak lebih sudah diutarakan di atas. Hal-hal serupa juga berlaku di pendidikan kampus atau praklinik. Anak-anak Papua yang sudah dari budayanya lebih solider dan lebih jujur dan lebih mengedepankan kebersamaan dan menjunjung nilai-nilai sosial. Dalam ruang dan waktu tertentu mereka harus menerima sanksi dan tidak lulus akibat dikenakan hukuman dan sering dianggap (Lola) loading lambat, tidak bisa selesai mengerjakan tugas dan ujian karena akses terhadap soal-soal/kisi-kisi yang terbatas. Namun sebaliknya anak-anak pendatang yang memiliki akses ke dosen dan ke sesama mereka  yang dominan dan menguasai, mereka dapat memperoleh kisi-kisi, bocoran soal sehingga dalam ujian mereka bisa lulus semua dan cepat selesai.
Dalam rangka mendapat bocoran soal atau apa (katanya supaya bisa belajar dari teman-teman pendatang), anak-anak Papua selalu disarankan oleh dosen-dosen agar belajar dan bergaul dengan para pendatang. Padahal semuanya hanya karena soal dominasi dan akses kepada kekuasaan dan pusat. Semua persoalan yang bernuansa rasialis ini justeru terjadi di Papua dan ada kesan terdapat kesengajaan oleh mereka yang menguasai dan mengendalikan sistem. Padahal di luar Papua hal semacam itu dihindari demi mempercepat pembangunan orang Papua. Ini justeru terlihat sangat paradoksal. Apakah ini karena ada upaya penguasaan sistem kedokteran dan kesehatan oleh para dokter yang ada saat ini guna melakukan praktek monopoli dan melanggengkan status quo? Ataukah ini adalah sistem yang memang sedang dipelihara untuk terus membiarkan orang Papua habis (baca:punah) melalui proses pembiaran atas kebobrokan sistem kesehatan sebagai strategi dalam mendepopulasikan Orang Papua selain melalui penembakan? Semua itu jelas terus mempengaruh persepsi publik suku-suku bangsa yang menderita dan mengalaminya sejak lama.

4. PENUTUP
Ada banyak persoalan yang dihadapi dalam pengalaman praksis rasialisme di dalam sistem  pendidikan di Uncen khususnya di FK Uncen. Tapi untuk sementara ini, cukup hanya sampai di sini dulu. Nanti disambung lagi di lain waktu. Dan satu hal yang ingin penulis sampaikan adalah begini. Semua perilaku, khususnya dari kaum pendatang di tanah Papua terhadap orang Papua yang dengannya selalu memainkan praktek monopoli-diskriminasi berdasar perbedaan rasial pada bagian-bagian tertentu (profesi, jabatan dan posisi-posisi kerjaan lain) yang merupakan kepunyaan orang Papua, maka selama hal tersebut terus terjadi sampai selama-lamanya hanya akan membuat semua upaya pembangunan atau proses untuk merebut hati orang Papua untuk menjadi bagian dari NKRI itu kian sukar. Dan pemerintah NKRI akan selalu dipandang GAGAL dalam membangun dan meng-Indonesia-kan orang asli Papua. Itu adalah konsekuensi yang pasti. Sangat pasti.
Dalam kondisi demikian, para pimpinan pendidikan tinggi yang sebenarnya anak asli Papua adalah pribadi yang paling ikut bertanggung jawab baik terhadap kegagalan memajukan sektor kesehatan Papua, menyelamatkan nyawa-nyawa manusia Papua dipelosok-pelosok yang setiap hari meninggal karena gizi buruk, tidak adanya pemerataan SDM dokter di seluruh tanah Papua dsb. Hingga akhirnya berdampak pada kepunahan Orang Asli Papua merupakan tanggung jawab mereka di hadapan Sang Pencipta karena abai dan cenderung mengurus kepentingan pribadi, kelompok suku dan golongan strata sosial maupun profesi yang cenderung melanggar sumpah janji hipokrates dst.**

Penulis.pace papua.

Sabtu, 27 Juni 2020

                     

    PENDIDIKAN INDONESIA
       DI PAPUA


Semenjak saya menempuh pendidikan dasar di Papua, kini saya sadar bahwa pendidikan yang saya lalui sangatlah jauh dari penididkan peradaban orang papua. Sedikit reflektif dari pendidikan yang saya lalui, pendidikan di Indonesia sangat memiliki doktrin ideology bangsa Indonesia (pemaksaan) yang penuh simbolik dan sepihak dari identitas orang Papua, dan jauh dari sejarah kehidupan orang Papua. Saya mengatakan sedemikian karena dalam pendidikan Indonesia, orang Papua dipaksakan belajar bahasa Indonesia, lagu Indonesia raya, Pancasila dan UU 45 dan Undang-Undang, serta berbagai peraturan Indonesia. Orang Indonesia membawa pola pendidikan Indonesia kepada orang-orang Papua untuk mengubah pola piker, nilai dan gaya hidup orang Papua dari peradabannya sendiri.

Sedangkan di Jawa, di kota study saya (Jawa Tengah) malah saya menemukan kalau di sekolah-sekolah dasar malah upacara bendera itu 2 kali se-tahun, tetapi di sekolah dasar saya dulu malah setiap hari senin kami harus upacara bendera, membacakan Pancasila dan UUD 1945, serta wajib menyanyikan lagu-lagu nasional. Di kelas-kelas, kami selalu belajar sejarah perjuangan bangsa Indonesia, sejarah budaya di luar tanah Papua, tetapi belajar sejarah kami sendiri orang papua pun malah tidak ada sama sekali.

Pemerintah Indonesia sepertinya menghendaki terhadap orang Papua supaya nilai hidup, dan pandangan hidup orang Papua adalah tidak baik dan perlu diganti (sangat diskriminatif). Akhirnya,secara tidak sadar, sedikit demi sedikit generasi orang papua terkini telah meninggalkan pandangan hidup dan nilai-nilai hidup dari kehidupan orang papua, dan mengikuti kemauan negara Indonesia sesuai system yang memanipulasi kehidupan orang papua dari kehidupan sesungguhnya. Hal ini bisa kita lihat dimana, tanah-tanah orang Papua bisa diserahkan secara paksa maupun tidak kepada bangsa Indonesia, entah itu lewat modus jalan trans, pembangunan istanah Negara, pembangunan makobribob, investasi lapa sawit oleh Negara (MeeFe), penjualan tanah secara liar, dll.

Kalau kita mau melihat pada pola pendidikan adat orang Papua, justru mala membangun kebersamaan dalam satu-kesatuan yang utuh dan membuat orang Papua kuat menjadi dirinya sendiri secara individu, kelompok, dan kebangsaan. Sedangkan pola pendidikan orang Indonesia menghancurkan nilai-nilai pendidikan orang Papua. Nilai-nilai adat orang Papua mengajarkan orang Papua untuk bekerja bersama di kebun-kebun secara komunal untuk berburu dan memancing serta bagaimana membangun rumah.

Pendidikan orang Indonesia menghajarkan orang Papua, bagaimana orang harus bekerja untuk mendapatkan uang. Ketika orang Papua bekerja untuk mendapatkan uang, orang Papua tidak berpikir untuk bagaimana menggunakan dan membagi uang ini untuk sesama seperti yang dilakukan di kampong-kampung, tetapi mereka menyimpan untuk diri sendiri dan keluarga mereka. Padahal ini alifungsi ekonomi yang jauh dari peradaban social ekonomi orang Papua, dan ini adalah penindasan gaya baru (neoliberalisme) di tanah papua.

Tuntutan biaya-biaya pendidikan yang diselenggarakan orang Indonesia di Papua, orang Papua harus menjual tanah, hutan, gunung, air, danau untuk mendapatkan uang untuk membiayai pendidikan anak. Orang Papua harus kehilangan tanah dan hak-hak adatnya. Pada hal ada OTSUS yang melimpah ruah. Pendidikan di Indonesia sangat kapitalis dan tidak mendidik sesuai kebutuhan kemanusiaan dan penyelamatan tanah air di tanah Papua. Pendidikan Indonesia mahal dan masih terbungkam dedikasih akademisinya untuk menjawab realitas bangsa Papua. Hal ini mesti kita diskusikan secara seksama untuk masa depan pendidikan yang benar-benar membawa pembaharuan bagi masa depan orang Papua.

Hemat pemikiran saya, pendidikan sangatlah penting bagi orang papua terutama generasi untuk membawa masa depan papua di tingkat daerah, bangsa, dan dunia. Asalkan pendidikan orang Papua harus punya dasar kesadaran terkait persatuan sebagai generasi papua yang sadar untuk penyelamatan bangsanya yang terjajah oleh kepentingan kapitalistik di papua, dan juga kepentingan Negara Indonesia yang selalu menindas orang Papua di setiap sector social, ekonomi, politik, dan masalah kebangsaan bangsa papua yang perlu diluruskan sesuai sejarah orang papua.

Orang Papua yang sekolah harus membudayakan membaca (budaya literasi) untuk memahami sejarah politik bangsa papua yang sesungguhnya, diskusi terkait situasi papua (juga situasi di Indonesia dan Internasional), dan melakukan aksi protes sesuai akses demokrasi di Indonesia untuk menselaraskan apa teori yang dipelajari sampai pada tingkat praktek sesuai kebebasan penuh untuk membangun apa itu masa depan yang seharusnya untuk masa depan bangsa Papua.

Perlunya kesadaran dari kita semua generasi terdidik untuk bebas dari setiap perbudakan kapitalis, kolonialis, dan kejahatan kemanusiaan di Papua dengan cara-cara Perlawanan Revolusioner. Karena tanpa perlawanan semacam itu, maka percuma ilmu kita, dan kita hanyalah buruh-buruh yang siap dipakai sebagai budak penjajah di negeri kita sendiri. Hal ini generasi terdidik bangsa Papua harus bersatu, bangkit, dan lawan semua perlawanan terhadap perbudakan manusia, penindasan bangsa dan tanah air bangs papua secara nyata. Kata kuncinya ialah Persatuan Nasional di setiap sector perlawanan (gerakan sipil maupun gerilya hutan) secara terorganisir.

~ Oskar H. Gie

Minggu, 21 Juni 2020


Insiden 01 Desember 2019 Fakfak, West Papua.
Masyarakat Fakfak memperingati hari Manifesto Politik (01.12.1961) dengan bentuk kegiatan yang dilakukan adalah Ibadah (seruan Nasional West Papua). Proses itu dilakukan dengan long mars dari kampung ke pusat kota (jarak 50 Km). Namun massa long mars dihadang aparat gabungan dipertengahan jalan antara kampung ke kota (kamp. Warpa), negosiasi saat itu berujung dengan dibubarkan secara paksa oleh aparat gabungan. Pembubaran itu ditandai aparat dengan  membabi buta memukuli dan menendangi masa Sehingga masa beradu pukul, gertakan letupan senjata sehingga masa berlari sebagian masuk ke dalam hutan serta lainnya ditahan ada 23 orang oleh aparat gabungan dan diikat tangan dengan tali  dan kemudian 23 orang ini dibawa ke kantor Polres Fakfak untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Korban penembakan yang kemudian meninggal  (Amos Herietrenggi 30 thn) ditemukan mayatnya sudah membusuk pada tanggal 6 desember 2019. Berlanjut disaat hari itu pada jam 07.00 WP malamnya aparat gabungan melakukan penyisiran dari pertigaan kampung Kayuni dan menuju kampung Pikpik, seorang warga yang sedang duduk dipinggir jalan terkejut karena ada patroli dia pun meloncat dan melarikan diri seketika 3 tembakan dari arah patroli ke korban, tepat mengenai paha kanan tembus peluru tajam (david iba 20 thn).
Beberapa rumah warga yang berada di TKP diobrak-abrik aparat, termasuk anak-anak pun dipukuli aparat, seorang warga dipukul dari kepala belakang dengan menggunakan popor senjata dan 2 kali di tulang kering hingga memar, namun korban berhasil melarikan diri.

Kejanggalan yang ditemukan terhadap sidang dakwaan 23 tapol ini sesuai informasi yang didapat bahwa :
1. Para 23 Tapol di Sidangkan secara online dengan alasan Covid-19. (Kamis, 18/07/2020), Sidang online dilakukan bertahap yang diawali tiga orang terpisah dari lain sisanya.
2. Sidang dakwaan selanjutnya dilakukan online untuk 20 sisanya dan informasi tertutup sehingga Tim advokasi sulit untuk mendapatkan informasi.
3. Tidak ada kebebasan berdemokrasi di Fakfak.
4. Media di Fakfak terlihat memihak, sehingga informasi tertutup.

Kami Mahasiswa Fakfak di Jayapura Mendesak Pihak Hukum dan Kepolisian Fakfak :
1. Hentikan Diskriminasi Hukum.
2. Segera berikan Transparansi Sidang.
3. Tolak sidang Online, Fakfak belum masuk zona merah Covid-19.
4. Segera buka ruang untuk Jurnalis.
5. Hentikan tindakan Sok Terapi dan teror, kriminalisasi terhadap Aktivis Pro Demokrasi.
6. Bebaskan 23 Tapol West Papua di Fakfak.

Rabu, 15 April 2020

NEGERI KAMI DI KUASI OLEH PENGUSA

Ternyata kamorang semua gampang dibuai mesra.Taktik politik "Kelompok Pelindung Tahta" telah mampu membutakan mata & otak kalian pak pak mani, hirietmani.
Blunder bluder politik yang telah mereka lakukan tidak ingin tercium lama dan diviralkan dalam rentang wakut yang lama untuk menjadi tontonan kebodohan mereka.

Maka diciptakanlah sumber sumber konflik media dan kalian pun larut tenggelam di dalamnya.Kelompok ini sempat membuat beberapa blunder dalam taktik politiknya.

• Blunder Pertama, media sokongan mereka yang hanya mementingkan nama, berhasil mengungkap aib mereka melalui peristiwa speed boat Kitikiti yang mengangkut 3 ASN pelindung kandidat pewaris tahta sultan.
• Blunder kedua; proyek penciteraan alat pencegahan covid19 di beberapa Faskes (Profil tank Berlogo);
• Blunder ketiga; Pernyataan pers salah satu Orang Terbodoh yang sok pintar saat mengeluarkan opini terlucu sejagat negeri pertiwi ini, dengan pernyataan atau opini "Jangan Tunda PILKADA FAKFAK walau dalam masa darurat penyebaran covid19 di Fakfak"; dan
• Blunder Keempat; Beredarnya surat sang pemberi warisan tahta & rekomendasi ketua satgas (the black sheep) covid19 untuk kepulangan 37 masyarakat (keluarga) Timses mereka ke Fakfak.

Saudara-saudariku.......
Analisa kami tidak pernah meleset karena kami benar benar mengikuti arah pergerakan politik kepentingan perlindungan tahta mereka sejak bulan Januari 2019 silam.

Kelompok Pelindung Tahta "Sultan" ini begitu lihai dan rakus memainkan opini dan membentuk isu2 sentral yang sebenarnya hanya bersifat "PENGALIHAN".

Jadi saya wajib untuk mengingatkan kita bahwa rencana penanggulangan/pencegahan covid19 di Fakfak telah terkontaminasi dengan alur politik kepentingan kelompok pewaris & pelindung tahta 2020-2025 atau yang akan bergeser menjad 2021-2026.

Kemudian Program pencegahan covid19 seolah olah telah menjadi DRAMA KOREA yang penuh dengan akting lebay.

Mogemein nia-nou-naga-herenggindik-nen-nan tersayang.Semoga leluhur negeri ini akan tetap bersama kita dalam lindungan Tuhan yang maha esa. Amin
 https://papuaj96.blogspot.com.

Senin, 23 Desember 2019

"NATAL BUKAN SEKEDAR BAJU BARU, SEPATU BARU ATAU MAKE UP YANG WOOWW"
Pace_papua Anak ini adalah yatim piatu bermarga SIMBOLON, yang masih duduk di kelas 3 SD ini dengan keyakinan penuh dan dengan sukacita maju ke depan (panggung) bersama teman-temannya saat Protokol mempersilahkan anak-anak SD untuk tampil melantunkan liturgi-nya masing-masing.

Dia tak perduli jikapun di sekelilingnya anak-anak lainnya berbaju, bersepatu baru dan berdandan ke salon... sementara dia tampil apa adanya dan bahkan tanpa alas kaki tapi dia tetap PD dan yakin mengikuti barisan di panggung.

Saat anak-anak seusianya tampil membacakan kata demi kata liturgi natal dengan pakaian baru, ia hanya mengenakan kaos oblong yang terlalu besar untuk ukuran tubuhnya.

Tanpa mengenakan alas kaki dan tampilan yang terlihat kontras dengan temannya yang lain ia pun membacakan liturgi Natalnya dengan semangat dan penuh sukacita.

Dia tetap menyuarakan liturginya dengan percaya diri, sungguh luar biasa...😊😍

photo ini terlihat oleh  Jubel Sianturi (Ka Bappeda Pemkab Dairi) yang kemudian menggalang simpati buat si anak ini.

Dan...puji Tuhan, begitu banyak tangan-tangan  kasih yang terulur untuk menyampaikan simpati dan empati baginya...,sungguh kado Natal yang indah dan luar biasa buat dia dan ompungnya yang membawa dia ke perayaan itu.

Bahkan lebih dari itu, pendidikannya juga sudah dijanjikan akan dibiayai oleh "sinterklas" yang hadir saat itu, Bung Depriwanto Sitohang (Ketua Fraksi Golkar DPRD Dairi) dan Dita Sianturi, yang sekaligus berkenan menjadi Bapak-Ibu Asuh baginya.

Itulah kasih yang nyata dan sesungguhnya...πŸ˜‡πŸ’–πŸŒΉ

Bersukacitalah yang mendapat dan berbahagialah yang memberikan, kiranya Tuhan memberikan berkat-berkat terindahNya di hari esok, di atas semua uluran kasih yang diberikan.

AminπŸ˜‡πŸ˜‡πŸ˜‡

Photo ini diabadikan (oleh Bang Pana Akbar Simatupang) saat Perayaan Natal Toga Turi se-Kota Sidikalang kemarin, Selasa 19 Desember 2019, di Sopo Godang HKBP Sidikalang I, yang diketuai oleh  Josua Sianturi.

SHARE AGAR SEMUA TAU BAHWA NATAL ITU BUKAN SEKEDAR PAKIAN BARU ATAU PERNAK-PERNIKNYA TAPI YANG UTAMA ADALAH SEMANGAT DAN KETULUSAN MERAYAKANNYA.
pace_papua@blog.com

Selasa, 12 November 2019

TAK PUNYA GELAR SARJANA,10 PEKERJAAN INI BISA KAMU LAKUKAN DAN MENCOBA.





HOME 

»P/P

12 November 2019 20:20
*Tak punya gelar sarjana tak menghalangimu untuk tetap berkarya.pacepapua

A.Sering saya mendengar, mereka mengatakan mau sukses tidak harus ada gelar. Mendengar kalimat itu sebagian dari kita pasti akan berpikir, kenapa begitu?

B.Seperti yang kita ketahui, banyak orang yang berlomba-lomba mengejar gelar Sarjana dengan harapan agar nantinya ketika mereka lulus mereka akan mendapat pekerjaan dengan gaji yang tinggi, memiliki apartemen yang diimpikan, mobil impian, mendapat dukungan keluarga, dan bergaya hidup mewah. Namun yang menjadi pertanyaannya ialah apakah ada pekerjaan yang tidak memerlukan gelar Sarjana? Tentu saja ada, bahkan banyak sekali pekerjaan di dunia ini yang tidak memerlukan gelar professional. Bahkan dari beberapa pekerjaan tersebut dapat menghasilkan bayaran dengan jumlah besar.

Nah, berikut ini daftar 10 pekerjaan yang bisa kamu lakukan tanpa gelar sarjana.

1. Penulis.

Saat ini sudah ada banyak media yang memudahkan kita menjadi penulis, mulai dari media online, cetak dan bisa juga menulis di blog pribadi jika ingin. Untuk kamu yang ingin jadi penulis tanpa perlu ribet dan nunggu tulisan di-up oleh media, bisa menggunakan blog sebagai batu loncatan. Siapa tahu nanti bakalan ada brand atau pihak yang melirik potensi kamu.

Tetapi, proses ini bisa dibilang sedikit lambat. Namun, untuk kalian yang ingin cepat karyanya dilirik oleh khalayak ramai bisa dengan menulis buku bersama komunitas atau teman-teman yang memiliki hobby yang sama. Kemudian membuat buku kumpulan cerita maupun topik seru dan menarik yang laku di pasaran atau bisa juga menawarkannya dengan penerbit.

2. Youtuber/Vlogger.

Menjadi Youtuber atau Vlogger di zaman sekarang sangatlah menguntungkan. Syaratnya cuma satu, kamu dituntun untuk menciptakan ciri dan keseruan sendiri. Melalui keseruan tadi, channel kamu akan dilirik oleh banyak orang, termasuk mereka yang ingin meminta bantuan kamu dalam mengendorse sebuah produk. Biasanya, jika ia seorang Vlogger, maka ia akan memiliki blog.

3. Blogger.

Selain menjadi Vlogger, kamu juga bisa menjadi blogger fashion, kecantikan, traveling, dan memasak dikarenakan topik tersebut sangat banyak dicari oleh pembaca saat ini. Nah, kalau kamu membuat blog dengan konsep yang bagus, maka nantinya bisa mendapatkan nilai tambahan yang akan membuat orang berkunjung ke blog kamu. Melalui topik sehari-hari dan diolah dengan sangat unik, maka kamu bisa menjadi blogger popular.

4. Fotografer.

Tren hobby yang satu ini telah merambah menjadi mata pencaharian yang banyak dilakukan. Cukup bermodalkan kamera dan sedikit skill dalam memotret,Γ‚ kamu bisa menciptakan pekerjaan yang menjanjikan. Saat ini semakin banyak fotografer independen yang bisa memanfaatkan momen seperti pernikahan, momen keluarga, piknik, karnaval, model, cosplay, dan sebagainya yang bisa dijadikan sebagai lahan tempat mencari rupiah. Untuk kamu yang memiliki perspektif dan gaya unik dalam fotografer, bisa kamu jadikan modal dalam memulai bidang ini.

5. Desainer Web.

Ketika mendengar orang memiliki pekerjaan tersebut pasti kamu akan berpikir, ohh.. dia lulusan sarjana. Menjadi Desainer Web memang bukan hal yang mudah, namun pekerjaan itu bisa tetap dilakoni untuk kamu yang tidak memiliki gelar Sarjana, yang penting itu adalah niatnya dan tidak pantang semangat.

Seperti halnya Mark Zuckerberg seorang CEO facebook, ia dulunya ialah seorang dropout kuliah ketika memulai facebook. Mark terkenal sebagai perancang web berbakat. Saat ia mulai membuat facebook, facebook adalah web biasa yang kemudian terus berkembang dengan kesabaran para investor dan pengembangnya. Untuk kamu yang tertarik dan ingin mencoba keberuntungan di bidang ini, bisa mulai dengan membuat web milik pribadi yang mudah digunakan oleh banyak orang.

6. Ahli Bahasa.

Tahu kah kamu jika memiliki pengetahuan tentang berbagai bahasa sangat penting dan diperlukan saat ini? Saat ini, komunikasi menjadi salah satu poin penting dalam setiap perusahaan, banyak dari mereka yang mencari karyawan yang memiliki keterampilan linguistik.

Untuk kamu yang tidak punya gelar Sarjana tidak perlu takut untuk memulainya, sebab yang kamu butuhkan hanya kesempurnaan dalam berbagai bahasa. Jika nantinya memang diperlukan bukti bahwa kamu memiliki kemampuan tersebut, kamu cukup menunjukkan sertifikat yang kamu punya saat kamu mengikuti bimbel atau kursus.

7. Perencana Acara.

Sekilas pekerjaan ini memang terlihat mudah, tetapi sebenarnya sangat sulit. Kamu dituntun harus bisa bekerja sama, sebab nantinya kamu akan bekerja dengan setidaknya lima puluh orang yang memiliki pemikiran berbeda. Selain itu, tugas yang dilakukan pun bisa memakan waktu hingga larut malam.

Untuk menjadi perancang acara, yang kamu butuhkan adalah memiliki pengalaman di lapangan dan kamu dapat dengan mudah mendapatkan itu di pekerjaan. Selain mudah dalam menarik peminat orang banyak, pekerjaan ini kedepannya juga akan menghasilkan bayaran yang tinggi.

8. Perancang danΓ‚ model mode.

Menjadi seorang perancang busana kamu tidak dituntun harus memiliki gelar Sarjana, yang kamu butuhkan di sini ialah memiliki banyak orisinalitas dan kreativitas. Banyak sekali desainer yang bekerja di bidang ini dan memilki keberuntungan yang sebanding dengan mereka yang bekerja dengan memiliki gelar.

9. Seniman dan artis.

Seni tidak hanya terbatas lukisan. Seni ialah seluruh dunia ekspresi di mana kata-kata digantikan oleh unsur-unsur yang jauh lebih berkesan. Menjadi seniman atau artis kamu bisa memulainya dengan menjadi model iklan atau ikut berperan dalam pembuatan sebuah film. Mau bagaimana pun sebuah perusahaan pastilah membutuhkan seorang model untuk mempromosikan produknya, mau itu dari media visual ataupun media cetak.

10. Agen real estate.

Untuk kamu yang memiliki keahlian di bidang jual menjual, kamu bisa menggunakan bakatmu tersebut untuk memulai sebuah pekerjaan dengan bayaran yang tinggi tanpa memerlukan gelar. Ketimbang gelar Sarjana, kamu lebih membutuhkan keterampilan yang dapat menjual apa saja. Awalnya pekerjaan ini tidaklah mudah, kamu tidak akan dengan mudahnya mendapatkan pemasukan yang banyak. Tetapi, ketika kamu memutuskan menggeluti bidang ini, bahwa dengan semakin banyaknya pengalaman, kamu akan semakin dicari-cari oleh klien. Saat semakin banyaknya klien yang mencarimu, maka kamu akan semakin banyak mengantongi rupiah.

Http://pacepapua@blogspot.com

Memiliki pekerjaan dengan bayaran yang tinggi memanglah lebih baik, apalagi jika itu bisa dihasilkan tanpa perlu adanya gelar. Namun, akan lebih baik lagi ketikaΓ‚ memiliki kesempatan, kamu bisa memulai dengan melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Selain dapat mengembangkan dirimu, hal tersebut juga bisa membawamu mendapatkan peluang yang lebih baik.

(brl/red)

#Pekerjaan 

#TanpaMembutuhkanGelarSarjana#PenghasilanYangMenjanjikan#DibutuhkanKeterampilan

SHARE NOW
NEWS LIFE Inspirasi Kisah Unik.
BACK TO TOP

Copyright © 2019.kapan lagi kalau bukan sekarang.

Senin, 11 November 2019

TELAH MENJAWAB AKU DENGAN DENGAN MEMBERIKAN KELEGAAN..

Dunia kampus itu penuh warna-warni layaknya perjalanan kita yang penuh suka dan duka. Setiap titik awal akan ada titik akhir. Bagaimana kita memulainya dengan susah payah, dan menjalani hari-hari selanjutnya. Hingga kita berada disuatu hari yang dinantikan, akhir dari semua perjalanan.

1.Ketika pertama bertemu, aku dan kamu adalah saudara merantau

Banyak diantara kita berasal dari sekolah yang berbeda-beda. Bahkan ada yang berasal jauh dari pulau tempat kita berpijak saat ini. Kita sama-sama bersaudara yang baru akan memulai perjuangan, bagaimana cara berjuang pun tak tahu pasti. Hanya ada satu kata yang mewakili benak kita saat itu “BELAJAR”. Sapaan sederhana, mengawali percakapan yang terbata-bata. Namun, tak jarang ada yang langsung nyelonong nyamber tangan untuk kenalan. Diskusi pun kian mengalir tatkala kita dibebani tugas yang sama. Hendak kemana kita bertanya dan berbagi jika bukan kepada sesama pejuang baru?

2. Perjuangan pertama bukan tentang “Belajar” di bangku kuliah. Tapi perkenalan dan pembentukan “Mental” lebih tepatnya

Kita adalah orang yang sama-sama pernah merasa, bagaimana tertatihnya untuk bisa duduk tenang di bangku kuliah. Pelajaran pertama yang kita terima adalah perkenalan dan pembentukan “Mental” kata mereka. Kita pernah merasa bagaimana harus diam dan tunduk menatap lekat sang bumi dalam ribuan detik yang terlalui. Kita pernah merasa bagaimana  keringat mengucur deras membahasi kemeja putih, lalu pernah merasa bagaimana rasanya senam siang di bawah terik mentari yang silau. Kita pun pernah merasa bagaimana rasanya berlari di tengah malam dalam kepasrahan yang begitu adanya. Serasa kita telah paham pada kata “Tunduk dan Ambil Posisi”, tapi begitu memang adanya. Karena kita terlahir dalam waktu dan masa yang sama. Masa yang akan terus dikenang tapi tak seorang pun ingin mengulang. Bukankah begitu?

3. Perjuangan sesungguhnya pun dimulai
     Betapa bahagia rasanya tatkala kita.     

dinyatakan “Sah sebagai mahasiswa”, dan telah selesainya serangkaian prosesi penerimaan yang penuh peluh namun berderai tawa akhirnya. Bahkan aku pun masih mengingat hari itu, karena gembiranya beberapa diantara kalian hingga memeluk dan menciumi tiang himpunan. Mungkin itu adalah bagian dari pengekspresian cinta dan peluh yang akhirnya usai.

Tapi, ternyata perjuangan sesungguhnya pun baru dimulai esok hari. Ada hari-hari yang lebih menantang untuk ditaklukkan. Bukan lagi senam siang, berlari dan tunduk dalam keheningan malam. Tapi, lebih dari itu.

4. Selamat datang tugas, mari berjuang..

Tugas-tugas kuliah pun silih berganti, ini adalah kewajiban yang harus terpenuhi untuk bisa menyelesaikan kepingan-kepingan perjuangan. Tugas-tugas besar dan rangkaian kegiatan mata kuliah bagaikan puzzle IJAZAH, kalau kurang satu berarti belum bisa menjadi IJAZAH. Dan inilah tantangan yang akan kita taklukkan bersama.

5.Asistensi adalah moment yang mendebarkan

Untuk menyelesaikan tugas besar pun tak semudah mengerjakan tugas kecil, yang selesai dibuat bisa dikumpulkan. Tugas besar punya prosesi sendiri. Proses yang perlu dilalui sebelum mengumpulkan adalah asistensi. Asistensi dilakukan oleh Dosen maupun Asdos (Asisten Dosen). Proses asistensi bertujuan untuk mengarahkan pengerjaan yang benar. Pertama kali asistensi adalah hal yang mendebarkan. Belum lagi beberapa senior suka menakut-nakuti katanya beginilah, begitulah..yaa.. alhasil pertemuan pertama asistensi kaki dan tangan  menjadi dingin, jantung berdebar-debar.. seiring berjalan waktu ternyata tak selamanya seperti itu. Kadang prosesnya mengalir saja seperti air.

6.  Menunggu adalah hal yang menyebalkan. Tapi, disaat menunggu selalu ada cerita lucu.
 
Terkadang bukan proses asistensinya yang membosankan, tapi menunggu adalah hal yang menyebalkan. Kita harus rela menunggu dalam waktu yang lama hanya untuk satu tugas. Padahal dalam waktu menunggu kita bisa menyelesaikan tugas lainnya. Bahkan menunggu pun belum ada kepastian apakah kita akan asistensi atau diundur lagi. Tapi, tetap saja kita setia menunggu hingga kepastian jadi atau tidaknya tiba, meski diakhir senja atau malam.

Sekalipun menunggu adalah hal yang menyebalkan. Tapi, bersama kalian rasa bosan pun musnah. Apalagi kalian senang sekali bercanda, derai tawa terus saja mengalir bahkan kita pun terkadang lupa jika kita telah menunggu berjam-jam.

7.   Aku akan rindu tentang kita, bersama tumpukan kertas hingga pagi bertemu pagi.

Aku dan kalian akan rindu, tertawa bersama ditengah malam yang meringkuk kita untuk tetap setia di depan laptop masing-masing hanya untuk menyelesaikan lembaran demi lembaran masa depan. Yang terkadang antara kita merasa tersudutkan dan terlupakan, hanya karena lupa saling mengabari. Bahkan begitu banyak peluh kita bersama, tak sadar pagi bertemu pagi lagi dan ternyata baju kita masih sama dari kemarin. Kala makan malam ala kadarnya terasa sangat spesial bahkan lebih terasa nikmat karena kita menyantapnya bersama-sama. Hal-hal sederhana yang pada masa depan nanti adalah kenangan yang tak pernah bisa diremove dari ingatan.

8. Bukan hanya kuliah, tapi berorganisasi membuat kita semakin kompak.

Tak lengkap rasanya jika kita hanya sekedar kuliah. Berkreasi saat menjadi mahasiswa melalui organisasi adalah salah satu caranya. Semakin bersama kita semakin kompak. Sekalipun tak bisa terelakkan kita pernah berada dititik terjenuh dalam kebersamaan atas nama "tanggung jawab dan amanah". Meski tak sehebat apa yang pernah kita rencanakan bersama ketika ingin membangunnya, tapi setidaknya kita pernah melewati masa-masa perjuangan membangunnya.

9. Betapa bahagia saat kita bisa menyelesaikan tugas besar bersama-sama.

Bahagia rasanya saat usaha dan peluh yang kita lalui terbayar kala tugas besar bisa masuk, dan kita berhasil mendapat tiket ujian. Ada satu lagi yang mesti kita lalui yaitu ujian semester.

10. Liburan akhir semester adalah hadiah atas usaha, dan sebagai waktu untuk merefresh diri atas kepenatan dunia kampus.

Dan liburan akhir semester menjadi penawar penat kita selama beberapa bulan lamanya. Betapa senangnya saat tiba dipenghujung semester, ketika kita bersama-sama merencanakan liburan. Liburan sederhana, menikmati alam atau sekedar makan-makan.

11.  Namun tak selamanya kita akan beriringan, ada kalanya kita menentukan langkah sendiri.

Ketika waktu telah berlalu, dan keadaan pun berubah. Apakah kita masih bisa seakrab kemarin?

Aku tersadar jika hari ini, kita tak lagi beriringan layaknya kemarin. Karena saat ini kita tengah melangkah sendiri. Mulai dari beda kelas hingga perjalanan menuju akhir, meski kita punya satu tujuan yang sama “LULUS”. Tak jarang kita lebih susah menemukan waktu yang sama untuk sekedar bersama dalam beberapa jam. Tapi, bertemu di bawah pohon inspirasi dalam beberapa menit sudah lebih dari cukup untuk kita yang tengah berjuang menuju titik akhir dari masa ini.

12. Dulu kita pernah berjanji untuk bisa lulus bersama, tapi kenyataannya tak bisa seindah rencana kita

Akan menjadi lengkap ketika kita yang dulu memulai perjuangan ini bersama lalu mengakhirinya pun secara bersama. Tapi, apa daya. Rencana kita tak seindah rencana Tuhan. Karena pada akhirnya kita akan menentukan langkah selanjutnya sendiri.

13. Tak mengapa kita tak lulus bersama, asal kita tetap saling mengingat dan mensupport.

Sekalipun tak bisa lulus bersama, memakai seragam yang sama dan atribut perayaan akhir misi yang sama.. Semoga kita tetap saling mengingat dan mensupport. Tetap menjadi teman seperjuangan, yang akan terus ingat kalau apa yang kita raih dimasa depan adalah bagian dari perjuangan bersama orang-orang yang dulu asing lalu menjadi keluarga yang tak sedarah. 

14.    Terima kasih teman

Terima kasih teman, telah menjadi bagian dari cerita kuliah'ku. Telah menjadi bagian dari skenario yang Tuhan berikan dalam hidupku. Mengenal kalian meski bertahun-tahun tak akan pernah bosan dan lekang dalam ingatanku. Kalian adalah teman seperjuangan  masa depan. Semoga Tuhan berkenan mempertemukan kita lagi dimasa depan dalam keadaan yang jauh lebih baik lagi. Aamiin :

Selamat atas wisuda saudara seperjuangan
Salam,

Teman seperjuanganmu.. 
November 11, 2019.

https://papuaj96.blogspot.com.

MENUJU KESUKSESAN ADA PADA ANDA DAN TUHAN.


Namun, banyak juga yang telah berpikir positif, tetapi rasa ragu dan ketidakyakinan itulah yang menjadi hambatan. Lantas, siapkah yang salah dalam hal ini? Tentu saja orang itu sendiri. Ketika kesuksesan ingin dicapai, semua hal harus bersinergi dan selaras. Pikiran yang positif dan keyakinan yang tinggi untuk meraih kesuksesan, maka hal itu akan berpengaruh terhadap energi kehidupannya.
Saat semuanya bersinergi dan selaras, akan mampu menciptakan peluang kesuksesan sesuai harapannya. Sekarang, bagaimanakah cara untuk bisa menyelaraskan antara pikiran dan keyakinan? Memang, tidaklah mudah untuk bisa menyelaraskan keduanya. Namun, ada sebuah hal yang mendasari itu semua, yaitu energi kehidupan.

Energi Kehidupan

Energi memanglah tidak bisa dilihat, tetapi bisa dirasakan. Misalnya saja ketika Anda bersemangat saat bekerja, berarti Anda mempunyai energi positif sebagai penopang aktivitas Anda. Begitu juga sebaliknya. Energi kehidupan yang kajian ilmu metafisika inilah yang sangat berperan penting dalam hidup seseorang.
Disadari atau tidak, tubuh manusia memancarkan suatu energi yang bisa berpengaruh dalam kehidupannya. Energi ini pun mempengaruhi pikiran, emosi, dan psikologi manusia. Ketika energinya positif, semua hal menjadi positif pula. Bak pikiran, emosi, ataupun psikis manusia. Sehingga sangat mudah untuk menciptakan peluang kesuksesan yang diinginkannya.
Menurut Master Salam, salah seorang pakar metafisika, beliau mengatakan bahwa untuk bisa sukses dalam menjalani kehidupan, ada faktor keberuntungan di dalamnya. Inilah yang perlu digarisbawahi. Artinya, sukses tidak hanya diupayakan secara lahiriah saja, tetapi juga secara rohani atau batin https://papuaj96.blogspot.com.

Pegangan

Karena ada faktor x yang mempengaruhi kesuksesan seseorang. Faktor x tersebut adalah Tuhan. Tentu saja Tuhan sangat berperan di dalamnya melalui beragam perantara atau cara. Apakah perantara tersebut manusia, peluang, atau sebuah PEGANGAN. Karena masyarakat Indonesia sampai saat ini masih percaya dengan adanya pegangan ataupun sebuah sarana spiritual untuk mendongkrak kesuksesan yang diinginkannya.

Kalau membaca berarti harus menulis juga..!
Jangan lupa kunjunggi alamat.https://papuaj96.blogspot.com.